Kontroversi para pemodenisasi tentang lokasi Bait Suci Kuil Suci

Sebuah prasasti batu (2.43×1 m) dengan tulisan dalam bahasa Ibrani "Bagi Tempat Meniup Sangkakala" digali oleh B. Mazar pada kaki bagian selatan dari Bukit Bait Suci, diyakini sebagai bagian dari Bait Suci Kedua.

Pada 1999 Dr. Ernest L. Martin menerbitkan sebuah buku yang kontroversial berjudul The Temples that Jerusalem Forgot (Bait Suci yang Dilupakan Yerusalem) berdasarkan gagasan dari Ory Mazar, anak Profesor Benjamin Mazar dari Universitas Ibrani. Pada 1995 Dr. Martin menulis sebuah rancangan laporan untuk mendukung teori ini. Ia menulis: "Saat itu saya percaya bahawa Simon orang Hasmonean (bersama-sama dengan Herodes satu abad kemudian) memindahkan Bait Suci dari gundukan Ofel ke daerah Kubah as-Shakhrah."

Namun, setelah mempelajari kata-kata Yosefus mengenai Bait Suci Herodes, yang dilaporkan berada di tempat yang sama denagn Bait-bait Suci sebelumnya, ia kemudian membaca laporan Eleazar yang memimpin pasukan terakhir perlawanan Yahudi terhadap orang-orang Romawi di Masada yang menyatakan bahwa benteng Romawi adalah satu-satunya bangunan yang tersisa pada tahun 73 M. "Mengingat hal ini, saya tiba pada kesimpulan pada 1997 bahwa semua Bait Suci itu memang terletak di gundukan Ofel di atas daerah Mata Air Gihon." Teori ini menyiratkan bahwa Judaisme saat itu sedang berjuang untuk melestarikan lokasi yang keliru, yang pada gilirannya menyulut reaksi dari pihak Muslim.

The Temples that Jerusalem Forgot karya Dr. Martin menjadi semakin kontroversial mengingat kenyataan bahwa ia sebelumnya pernah terlibat selama lima tahun dalam penggalian-penggalian dekat Tembok Barat dalam sebuah proyek bersama antara Universitas Ibrani dan Ambassador College, penerbit majalah The Plain Truth yang disunting oleh Herbert W. Armstrong.